Monday, July 25, 2016

Maaf Ngasal


        Mengawali hari dengan semangat menggila akan hadirnya sebuah momen di manapun kaki melangkah, mengarungi lautan manusia yang memadati jalanan dengan mengenakan sampan(angkutan kota) di pagi jumat12/05. Cuaca cerah mengalahkan cerahnya senyuman pelacur di senja hari.
       Akulah si "Cacat Lensa" yang senantiasa mengabadikan hal indah walau tak selamanya keindahan itu di miliki sepasang bolamata, karena setiap keindahan penglihatan manusia yang satu dan yang lainnya pastilah berbeda, apakah yang ku lihat merah lalu kau lihat merah? kurasa itu belum tentu.
      kita sudahi basabasinya.
berangkat dari rumah masih mengingat mimpi semalam, sengaja menerjang kabut pagi meski mata tak sanggup lagi untuk mengalahkan dinginnya kabut pagi. Ceritanya aku sudah sampai di tempat tujuan, yaitu tugu kujang yang sangat amat terkenal, ya terkenal di bogor dan di kenal oleh masyarakat bogor, masih juga masyarakat Indonesia.
      Melihat sambil meneropong meskipun tak pakai peneropong, melainkan memakai kamera. Ada seorang anak kecil yang tidur di pinggir jalan tepat di bagian bawah tugu kujang. Dia tertidur cukup lelap tanpa menghiraukan ramainya masyarakat dan pekatnya kendaraan berasap yang membuat pengap. seorang petugas perhubungan lalulintas(DLLAJ) melihatnya dengan tatapan tanya atau mungkin tatapan iba, iba-iba dia (tiba-tiba) ingin mengusirnya.
     Bocah kecil tetap lelap sampai seorang petugas keamanan negara(polisi) datang dan mengusirnya, menyuruhnya pindah, bukan menyuruhnya makan. karena memang seharusnya DI USIR dan pindah. Padahal bukankah anak-anak jalanan di lindungi oleh pemerintah?.




6 comments:

Suara Juang

Suara Juang Kata indah seolah mulia Membungkam suara para petaka Berandai kau genggam dunia Bungkam bibir imaji mu melebihi tuhannya K...